KONTENBERITA.COM – Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan ketersediaan beras dalam kondisi aman hingga beberapa bulan mendatang.
Kepastian didapat dari pencocokan data stok Badan Pusat Statistik (BPS), Standing Crop, hingga laporan langsung dari 17 provinsi.
“Alhamdullilah, sesudah mencocokan semua data ini, kemudian kami faktualisasi dengan laporan 17 provinsi.”
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Penggeledahan Mendadak di Kantor Kemenaker, Dugaan Suap Terkait Tenaga Kerja Asing Terkuak
Klarifikasi Terkait Dugaan Ijazah Palsu, Presiden ke-7 Jokowi Penuhi Panggilan Bareskrim Polri
Program “Berbagi Pasca Bencana” PROPAMI Care Hadirkan Bantuan di Babelan

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Tanggapan dari masing-masing Kadis dan Gubernur, ternyata hasilnya oke, Alhamdulillah,” kata Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dalam keterangan yang diterima RRI, Selasa 31 Januari 2023.
Mentan mengucapkan, dari pencocokan itu diperkirakan stok beras mencapai tiga juta ton, hasil panen periode Januari – Maret 2023.
Ia menyebut, stok saat ini masih dalam kategori sementara, karena puncak panen raya diperkirakan terjadi April dan Mei.
Baca Juga:
Cabut Sanksi Atas Suriah, Donald Trump Guncang Pasar Minyak dan Peta Diplomasi Timur Tengah
Aksi Premanisme yang Mengatasnamakan Organisasi Kemasyarakatan Bikin Resah Presiden Prabowo Subianto
Artinya, menurutnya, stok yang ada saat ini masih akan bertambah sering dengan panen yang dilakukan di sejumlah sentra.
“Sampai Maret itu bukan puncak panen, puncak panen kita Maret-April-Mei, berarti berjalan ke sana masih panjang,” ucap dia.
Menurut Syahrul, selama ini data yang digunakan adalah data verifikasi dari sejumlah pemantauan yang kemudian disampaikan BPS.
Secara teknis, Kementan memiliki perangkat digital yang berfungsi memantau data beras nasional.
Baca Juga:
Sinyal Positif dari CSA Index Jadi Petunjuk Pemulihan Ekonomi yang Berbasis Pasar
Tanda-tanda Media Konvensional Diambang Bahaya Ɓesar, Presenter Kompas TV Gita Maharkesri Menangis
Pendekatan digital ini bahkan memiliki resolusi gambar yang cukup jelas, yaitu 10×10 untuk mengetahui seberapa besar perkembangan pertanaman.
“Tentu saja rujukan utama yang kita pakai adalah data BPS, tetapi data satelit yang kami miliki juga memback up,” ujarnya.
“Oleh karena itu, hari ini saya coba melakukan singkronisasi antara data satelit dan data standing crop yang ada.”
“Ternyata data standing crop kita dengan data yang dari BPS kurang lebih oke,” ujarnya.***