DI TENGAH gemuruh tuntutan “17 plus 8” yang memenuhi ruang publik, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa justru memilih bersikap layaknya seorang nahkoda kapal yang tenang menghadapi riak ombak.
Bagi dia, gelombang protes itu hanyalah suara minoritas, sebuah keresahan yang akan sirna dengan sendirinya ketika mesin ekonomi negara mulai menderu kencang.
“Itu kan suara sebagian kecil rakyat kita kenapa mungkin sebagian ngerasa keganggu hidupnya masih kurang,” ujar Purbaya kepada wartawan di Jakarta, Senin 8 September 2024.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pernyataannya bukan tanpa alasan. Ia meletakkan keyakinannya pada angka pertumbuhan ekonomi 6-7 persen sebagai mantra pencipta lapangan kerja dan penenang keresahan sosial.
Strategi Realistis di Atas Angka Ambisius
Purbaya dengan tegas menolak mengejar target pertumbuhan 8 persen yang banyak disoroti berbagai pihak.
Bagi menteri lulusan Institut Teknologi Bandung ini, pragmatisme lebih penting daripada ambisi numerical.
Baca Juga:
“Bukan bakalan dikejar 8 persen, kita akan kejar ciptakan pertumbuhan yang paling cepat seoptimal mungkin,” tegasnya.
Pernyataan ini mencerminkan strategi Kementerian Keuangan yang lebih berhati-hati.
Mereka memilih fondasi yang kokoh daripada sekadar mengejar pencapaian angka semata yang berisiko rapuh.
Pendekatan ini ingin menjawab kebutuhan riil masyarakat akan lapangan kerja dan kesejahteraan, bukan memenuhi target makroekonomi yang jauh dari sentuhan tangan.
Baca Juga:
OMOWAY Resmikan Kantor Pusat Regional 10 Lantai, Akselerasi Pergeseran Smart 3.0 Kendaraan Roda Dua
SEG Solar Mulai Bangun Pabrik Ingot dan Wafer Berkapasitas 3 GW di Indonesia
Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Penawar Keresahan
Logika yang dibangun Purbaya sederhana namun powerful. Ekonomi yang tumbuh sehat akan membuka banyak peluang kerja baru. Masyarakat yang sibuk bekerja akan lupa untuk berunjuk rasa.
“Mereka akan sibuk cari kerja dan makan enak dibandingkan mendemo,” imbuhnya. Asumsinya, demonstrasi adalah produk dari waktu luang dan keputusasaan.
Pernyataan ini mengundang tanya: apakah akar masalah dari tuntutan “17 plus 8” semata-mata soal ekonomi?
Ataukah ada persoalan demokrasi dan keadilan yang lebih dalam?
Purbaya seolah menjawabnya dengan fokus kebijakan pada penciptaan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan untuk meredam tuntutan-tuntutan sosial.
Mengabaikan Suara Minoritas, Etiskah?
Pernyataan bahwa tuntutan hanya berasal dari “sebagian kecil rakyat” menjadi titik kritis yang patut dicermati. Dalam demokrasi, setiap suara, sekecil apa pun, seharusnya mendapat tempat.
Pemerintah tampaknya memilih untuk tidak merespons tekanan secara langsung.
Mereka lebih memilih memperkuat fundamental ekonomi agar keresahan publik terjawab secara alami.
Strategi ini berisiko mengabaikan akar masalah yang mungkin tidak seluruhnya bersifat ekonomis. Apakah pendekatan teknokratis ini cukup untuk menyelesaikan kompleksitas tuntutan sosial?
Masa Depan Tuntutan di Bawah Bayang-Bayang Ekonomi
Optimisme Purbaya bahwa pertumbuhan 6-7 persen akan membuat tuntutan “hilang dengan otomatis” masih perlu dibuktikan.
Ekonomi Indonesia memang menunjukkan ketahanan di tengah ketidakpastian global.
Namun, pertanyaan besarnya adalah apakah pertumbuhan tersebut inklusif dan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat?
Ataukah hanya akan dinikmati oleh segelintir kelompok tertentu?
Jawaban atas pertanyaan ini akan menentukan apakah strategi pemerintah berhasil atau justru memicu gelombang protes yang lebih besar di masa depan.
Waktu yang akan menjadi hakim atas kebenaran strategi yang diusung oleh sang menteri.
Apakah ekonomi memang akan menjadi solusi akhir dari setiap tuntutan sosial?****
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infotelko.com dan Infoekonomi.com.
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media 23jam.com dan Haiidn.com.
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Hallotangsel.com dan Haisumatera.com.
Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center

















